Home

Monday, March 7, 2011

PERTOLONGAN TERHADAP KORBAN SENGATAN ARUS LISTRIK

Posted by Arfiyan Setiawan | On: , |
A. Akibat dari sengatan aliran listrik

Arus yang mengalir melalui tubuh (tersengat listrik) dapat mengakibatkan :

  1. Jantung berhenti berdenyut.
  2. Otot berkontraksi (mengerut).
  3. Pernafasan terhenti dimana pusat saraf di otak yang mengatur pernafasan lumpuh.
  4. Luka bakar.

B. Perawatan

  1. Minta pertolongan (berteriak).
  2. Matikan listrik (putuskan hubungan/kontak).
  3. Amankan penderita dari bahaya fisik yang langsung.
  4. Periksa denyut nadi dan pernafasan serta rawat si korban seperlunya.
  5. Bila pernafasan dan denyut nadi sudah pulih, rawatlah luka bakar atau luka lainnya bila ada.
  6. Pindahkan korban ke lokasi yang aman untuk perawatan selanjutnya.
  7. Korban perlu selalu ditunggui selama tim dokter menangani korban.

C. Langkah-langkah Yang Dilakukan

  1. Amankan korban dari bahaya.
  2. Usahakan jalan udara untuk pernafasan lancar.
    • Bila ada muntah/darah atau benda lain di mulut korban, keluarkan segera.
    • Telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke belakang, tarik rahangnya ke depan agar lidah tidak menutup lubang tenggorokan.
      • Lakukan pernafasan mulut ke mulut 3 - 4 kali secepat mungkin.
      • Pulihkan fungsi jantung dengan melakukan urutan jantung (cardiac resuscitation).
      • Untuk orang dewasa : Frekuensi pengurutan dilakukan 60 kali setiap menit
      • Untuk anak kecil :Frekuensi pengurutan dilakukan 90 kali setiap menit
        Catatan:
        • Hindari tekanan yang terlalu keras agar tidak mengakibatkan tulang rusuk korban rusak.
        • Upayakan pemulihan denyut nadi maupun pernafasan.
  3. Pernafasan mulut ke mulut
    • Telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke belakang.
    • Buka mulut dan tarik nafas Anda, kemudian tutup mulut dan tiupkan udara ke mulut korban sekuat-kuatnya sampai rongga paru-paru terangkat.
    • Pijit hidungnya agar udara yang ditiupkan tidak keluar.
    • Amati turunnya dada kembali.
    • Faktor penentu adalah kecepatan dalam bertindak, karena itu 3 atau 4 kali peniupan pertama dilakukan secepat mungkin.
    • Peniupan selanjutnya diulang lebih kuarng 10 kali setiap menit.
      Catatan:
      • Bila paru-paru tidak mengembang, segera periksa mulut, hidung atau kerongkongan.
      • Untuk anak kecil : seyogianya mulut si penolong mencakup hidung dan mulut korban, dengan frekuensi 20 kali setiap menit.
      • Bila satu dan lain hal, sipenolong tidak dapat meniup melalui mulut, maka dapat dilakukan peniupan melalui hidung.