Home

Monday, September 13, 2010

Riwayat Hidup Lengkap Nabi Muhammad Saw

Posted by Arfiyan Setiawan | On: , |
Nabi Muhammad s.a.w. adalah anak Abdullah bin Abdul­ Muttalib. ibunya bernama Aminah binti Wahab. Kedua orang tua­nya itu berasal dari suku Quraisy yang terpandang dan mulia. Nabi Muhammad s.a.w. lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah (atau, 20 April 571 Masehi). Dinamakan tahun Gajah, karena ketika beliau lahir, kota Makkah diserbu oleh Raja Brahah dan tentaranya dari negeri Habasyah dengan menunggang gajah. Mereka hendak menghancurkan Ka’bah karena iri hati terhadap­nya. Tetapi Allah melindungi bangunan suci itu dan seluruh pen­duduk Makkah, dengan menjatuhkan batu-batu Sijjil (dari neraka) yang amat panas kepada tentara itu. Maka binasalah mereka semuanya.

Ketika Nabi Muhammad s.a.w. masih. di dalam kandungan ibunya, Abdullah, ayahnya, pergi ke negeri Syam (Siria) untuk berdagang. Tetapi, sepulang dari sana, ketika sampai di kota Madinah, ia menderita sakit dan wafat dalam usia 18 tahun. Abdullah dimakamkan di kota Madinah. Maka, Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan ke dunia dalam keadaan yatim, di tengah-tengah masyarakat jahiliyah penyembah berhala, penindas kaum lemah, perampas hak orang, dan bahkan membunuh kaum wanita.

HALIMAH AS-SA’DIYAH MENJADI IBU SUSU NABI

Sudah menjadi adat bangsa Arab ketika itu, bahwa bayi seseorang disusukan kepada wanita lain. Begitu pula halnya Nabi Muhammad s.a.w. Beliau disusukan kepada seorang wanita dusun bernama Halimah as-Sa’diyah. Empat tahun lamanya beliau tinggal di dusun Bani Sa’ad bersama ibu susunya itu. Selama memelihara Nabi Muhammad, keluarga Halimah as-Sa’diyah memperoleh limpahan rezeki dari Allah SWT, sebagai berkah.

Menjelang usia lima tahun, Halimah as-Sa’diyah mengembalikan Nabi Muhammad s.a.w. kepada ibunya; karena telah terjadi peristiwa atas anak asuhnya itu yang mencemaskan hatinya. Ketika di dalam permainan bersama kawan-kawannya, Nabi Muhammad s.a.w. tiba-tiba didatangi dua laki-laki berpakaian serba putih, membaringkannya, kemudian melakukan sesuatu atas dada anak tersebut. Meskipun tidak sesuatu pun terjadi atas Nabi Mu­hammad s.a.w. setelah peristiwa itu, namun Halimah as-Sa’diyah amat khawatir. Maka segera ia bawa Nabi Muhammad s.a.w. kem­bali kepada keluarganya di Makkah.

DI BAWAH ASUHAN KAKEKNYA, ABDUL-MUTTALIB

Siti Aminah amat setia terhadap suaminya. Sering kali ia bersama anaknya pergi ke Madinah untuk berziarah ke makam suaminya, sekaligus bersilaturrahmi kepada keluarganya, Bani Najjar, di sana.

Suatu kali, dalam perjalanan pulang dari Madinah, seusai ber­ziarah, Siti Aminah jatuh sakit di desa Abwa’ (antara Makkah dan Madinah). Beberapa saat kemudian, ia wafat di sana, meninggal­kan Nabi Muhammad s.a.w. yang ketika itu barn berusia 6 tahun. Maka jadilah Nabi Muhammad s.a.w. yatim-piatu.

Bersama Ummu Aiman, pembantunya, Nabi Muhammad s.a.w. kembali ke Makkah. Beliau kemudian dipelihara oleh kakek­nya, Abdul-Muttalib, hingga menjelang 9 tahun.

DI BAWAH ASUHAN PAMANNYA, ABU THALIB

Selama tiga tahun bersama kakeknya, Nabi Muhammad s.a.w. akhirnya dipelihara oleh pamannya, Abu Thalib, karena kakeknya itu meninggal dunia. Abu Thalib adalah seorang sesepuh kaum Quraisy yang disegani oleh kaumnya. Meskipun demikian, dia bukanlah tergolong orang yang kaya. Abu Thalib hanyalah seorang pedagang biasa yang wring merantau ke negeri Syam ber­sama serombongan kafilah dagangnya.

Ketika berusia 12 tahun, Nabi Muhammad s.a.w. diajak oleh pamannya itu pergi berdagang, ke Syam. Sampai di suatu dusun perbatasan Syam, Abu Thalib bersama kemenakannya itu singgah di rumah seorang pendeta Nasrani yang saleh, bernama Bahira. Dari kitab Taurat dan Injil yang dipelajarinya, pendeta Bahira dapat mengetahui ciri-ciri kenabian yang ada pads diri Nabi Mu­hammad yang masih kecil itu. Maka, dengan Berta-merta, pendeta Bahira memberitahLikan hal itu kepada Abu Thalib seraya berkata: “Wahai saudaraku, sesungguhnya anakmu ini adalah manusia pilihan Allah, calon pemimpin umat manusia di clunia ini. Maka jagalah ia balk-balk. Bawalah ia kembali, sebab aku khawatir ia diganggu oleh orang-orang Yahudi di negeri Syam. Bahkan, jika sekiranya kaum Yahudi itu mengetahui bahwa ia adalah calon Rasul -Allah, maka tentulah ia akan membunuhnya.” Maka pulang­lah Abu Thalib ke Makkah bersama Nabi Muhammad s.a.w. se­belum mereka sampai ke negeri Syam.

BERDAGANG KE NEGERI SYAM

Setelah Nabi Muhammad s.a.w. berusia hampir 25 tahun, Abu Thalib merasa bahwa kemekanannya itu telah cukup dewasa. Maka dipanggilnya Nabi Muhammad, lalu ditawarkanlah kepada­nya suatu pekerjaan yang menguntungkan, seraya berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya kita bukanlah keluarga yang berkecukupan. Bahkan, kurasakan akhir-akhir ini kebutuhan kita semakin sulit didapat. Alangkah baiknya jika engkau pergi kepada Khadijah untuk meminta izinnya membawa barang-barang dagangannya ke negeri Syam. Mudah-mudahan dari usaha itu engkau akan beroleh keuntungan yang besar.”

Nabi Muhammad s.a.w. menyetujui usul pamannya, sebab beliau memaklumi sepenuhnya akan kesulitan yang dihadapi pamannya itu dalam menanggung beban belanja rumah tangganya. Segera beliau pergi kepada Siti Khadijah untuk meminta izinnya memperdagangkan barang-barangnya. Siti Khadijah adalah seorang janda kaya di Makkah. la dikenal sebagai wanita Quraisy yang mulia karena keturunan dan akhlaknya. la adalah wanita budiman, gemar membantu sesamanya, dan senantiasa menjaga kehormatan dirinya, sehingga mendapat gelar At-Thahirah (Wanita Suci).

Menanggapi permohonan Nabi Muhammad s.a.w., Siti Kha­dijah tanpa pikir panjang langsung menyambutnya dengan senang hati, karena ia telah cukup mengenal Nabi Muhammad s.a.w. sebagai pemuda yang ramah , jujur, clan sopan-santun. Maka be­rangkatlah Nabi Muhammad s.a.w. ke negeri Syam, ditemani oleh Maisarah, budak Siti Khadijah. Pulang dari Syam, Nabi Muham­mad memperoleh keuntungan amat besar, yang belum pernah di­capai oleh para pedagang lain. Siti Khadijah amat kagum terhadap pemuda Muhammad. Lebih-lebih ketika ia mendengar sendiri dari Maisarah, bagaimana agungnya perangai Nabi Muhammad selama di perjalanan maupun ketika berdagang. Maka berubahlah rasa kagum itu menjadi rasa cinta.

PERKAWINAN NABI MUHAMMAD DENGAN SITI KHADIJAH

Hubungan perdagangan antara Nabi Muhammad s.a.w. de­ngan Siti Khadiiah akhirnya diteruskan ke jenjang perkawinan. Rupanya, Allah SWT menghendaki demikian, karena ada banyak hikmah di batik itu. Dalam suatu upacara yang sederhana, di­langsungkannya akad nikah antara keduanya, suatu pernikahan yang telah menoreh lembaran sejarah Islam. Ketika itu, Nabi Mu­hammad s.a.w. berusia 25 tahun, sementara Siti Khadijah telah berusia hampir 40 tahun. Perkawinan ini membuahkan empat anak putri dan dua orang putra, masing-masing Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, Fatimah, Qasim, dan Abdullah. Tetapi, atas kehendak Allah SWT, kedua anak laki-laki beliau wafat ketika masih kanak-kanak.

MEMPEROLEH GELAR “AL-AMIN”

Ketika Nabi Muhammad berusia 35 tahun, di Makkah terjadi bencana banjir sehingga merusakkan sebagian dinding Ka’bah. Setelah usai bencana, kaum Quraisy beramai-ramai memperbaiki dinding Ka’bah yang runtuh itu. Pada saat pekerjaan telah selesai, clan tinggal Hajar al-Aswad (batu hitam) yang mesti dikembalikan di tempatnya semula, terjadilah perselisihan di antara mereka. Masing-masing suku ingin memperoleh kehormatan dengan me­letakkan Hajar al-Aswad itu di tempatnya. Hampir saja terjadi per­tumpahan darah di antara merreka. Tetapi, tiba-tiba salah seorang berkata: “Wahai kaumku, janganlah kalian saling bermusuhan karena ini. Sebaiknya kita tunggu saja esok pagi, siapa yang per­tama kali datang ke pintu Masjid ini, dialah yang berhak meng­ambil keputusan.”

Pagi-pagi keesokan harinya, kaum Quraisy mendapati bahwa orang yang pertama kali masuk ke pintu Masjid adalah Nabi Mu­hammad s.a.w. Maka bersoraklah mereka menyambutnya, karena mereka yakin akan kejujuran pemuda Muhammad. Jadilah Nabi Muhammad s.a.w. sebagai hakim yang memutuskan perkara Hajar al-Aswad itu.

Nabi Muhammad s.a.w. kemudian menggelarkan kain surban­nya di atas tanah dan meletakkan Hajar al-Aswad di atasnya. Lalu, kepada masing-maing kepala suku, beliau memerintahkan untuk memegang tiap-tiap ujung kain itu dan mengangkatnya. Sampai di atas, beliau lalu mengangkat batu suci dengan tangannya sendiri, dan meletakkannya di tempatnya semula. Dengan cara itu, seluruh kaum Quraisy merasa puas, dan berseru: “Kami rela atas keputus­an yang dibuat oleh orang yang dipercaya ini!”

Sejak itu, Nabi Muhammad s.a.w. mendapat gelar “Al-Amin”, artinya “Yang Dipercaya”.

WAHYU YANG PERTAMA

Pada usia 40 tahun, Muhammad sering bertahanus di Goa Hira. yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan. Tepat pada tanggal 1-17 madhan datanglah Malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama. Mula-mula Muhammad ketakutan, tubuhnya gemetar melihat kedatangan Malaikat Jibril. Jibril kemudian merangkulnya, ia makin ketakutan, tubuhnya menggigil. Sesudah dilepas Jibril berkata : bacalah!”

“Aka tidak bisa membaca!”Jawab Muhammad

Jawaban itu diulang hingga tiga kali. Akhirnya ia berkata kepada Jibril : “Apa yang kubaca?”

Kemudian Jibril membacakan suratt Al-Alaq dari ayat 1-5., Sesudah itu ia pulang ke rumah dengan tubuh gemetar. la disambut Istrinya Khadijah yang sangat setia dan memperhatikannya ia diselimuti oleh Khadijah dan dihibur degan kata-kata yang menentramkan jiwanya.

lalu Khadijah pergi berkonsultasi dengan anak pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal. Warakah memberitahukan bahwa yang datang kepada Muhammad itu adalah Jibril yang pernah datang kepada Musa. Jadi Muhammad akan diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul.

WAHYU KEDUA

Sesudah wahyu yang pertama selama dua setengah tahun Rasulullah tidak mendapat wahyu lagi. la kuatir akan terputus, maka nenyepi ke goa Hira’ lagi. Ketika la menengadah ke langit tampaklah malaikat Jibril. la ketakutan dan segera pulang ke rumah. Minta kepada Hadijah supaya diselimuti. Dalam keadaan berselimut itu datanglah malikat Jibril menyampaikan wahyu kedua yang artinya:

“ hai orang yang berselimut! Bangunlah dan beri peringatan! Besarkanlah Nama Tuhanmu, bersihkanlah pakaianmu dan jauhilah perbuatan Maksiat, janganlah kamu member karena ingin memperoleh yang lebih banyak. Dan hendaklah kamu bersabar untuk memenuhi perintah Tuhanmu.” (Al- Muddatstsir: 1-7)

Dengan demikian jelaslah sudah, bahwa Muhammad diperintahkan menyampaikan Risalah-Nya. Yaitu menyembah Allah Yang Maha Esa.

DAKWAH SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI

Yang pertama kali diajak memeluk Islam adalah keluarganya sendin’dan oran–orang yang dekat dengannya. Pertama yaitu istrinya Hadijah. Kedua Ali bin Abi Thalib, lalu Zaid bin Haritsah. Setelah itu beliau mengajak teman akrabnya yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq.

Dengan berimannya Abu Bakar, maka banyaklah orang-orang yang kemudian mengikutinya. Antra lain: Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah, bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam. Fatimah bin Khattab. Mereka Inilah yang disebut golongan terdahulu yang masuk Islam atau “As Saabiqunal Awwalum”.

Mereka mendapat ajaran dan gemblengan keimanan dari Rasulullah di rumah Arqam bin Abil Arqam.

MENYIARKAN AGAMA SECARA TERANG-TERANGAN

Tiga tahun menyiarkan agama Islam secara sembunyi-sembunyi . kini datanglah perintah untuk berdakwah secara terang-terangan.

Namun sebagaimana nabi-nabi terdahulu, ajakannya ditolak oleh sebagian besar kaumnya. Hanya sedikit yang mula-mula mau mangikuti ajaran Nabi Muhammad. Walau demikian Muhammad tetap sabar dan terus melakukan dakwah dengan bijaksana. Orang-orang kafir makin jengkel. Mereka mendatangi Abu Thalib, dan minta paman Nabi itu untuk menghentikan kegiatan Nabi mengajak manusia kembali kejalan yang benar.

Tetapi apa jawab Nabi: “Demi Allah wahai paman, sekiranya mereka meletakkan matahari di sebelah kananku, dan rembulan ditangan kiriku dengan maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini (mengajak manusia pada agama Allah) sehingga agama ini tersiar (dimuka bumi) atau aku akan binasa karenanya, namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini.

Mendengar tekad keponakannya yang membaja itu, Abu Thalib berkata: “Pergilah dan katakan apa yang kamu kehendaki, demi Allah tidak akan menyerahkan kamu karena suatu alasan pun selama­-lamanya”.

PENGANIAYAAN TERHADAP RASULULLAH DAN PENGIKUTNYA

Melihat Rasulullah masih saja meneruskan dakwanya dan tarus menghina sesembahan mereka berupa patung bodoh yang tak bisa gerak dan berbicara maka orang-orang kafir itu mulai gatal. Terlebih setelah mereka amati makin banyak saja para pengikut Muhammad memeluk agama Islam. Maka mereka mulai menganiaya beliau.

Misalnya, ketika Nabi sedang shalat dan bersujud. di Masjidil Haram, tiba-tiba saja Abu Jahal mengangkat batu besar dan hendak dtimpakan kepada beliau. Tetapi niatnya tak kesampaian karena beliau dilindungi Allah yang mengirim malaikat Jibril. Tubuh Abu Jahal gemeter, ketakutan dan pucat pasi.

Beliau juga pemah dilempari kotoran unta di atas kuduknya. Ketika beliau pulang ke rumah ditaburi debu dan pasir pada mukanya. Yang keterlaluan adalah perbuatan Uqbah bin Abi Muith, ketika beliau shalat masjidil Haram tiba-tiba orang kafir itu menjerat leher beliau dengan selendangnya sehingga beliau tidak berdaya untuk melepaskannya. untunglahlah pada saat itu muncul Abu Bakar. la langsung memotong uqbah dan menghempaskannya dari Rasulullah.

Beberapa pengikut beliau Yang mendapat siksaan dari orang kafir antara lain: Bilal bin Rabah, yaitu seorang budak milik Ummayyah half. Bilal ditelentangkan di atas terik matahari padang pasir, ditubuhnva ditindihkan batu besar. la dipaksa supaya meninggalkan Islam namun is tetap teguh dan imannya bertambah tebal.

Bilal akhimya dibebaskan oleh Abu Bakar yang membelinya dari Umayyah bin Khalf.

Sahabat lain yang disiksa di luar batas perikemanusiaan adalah Amar bin Yasir beserta kedua orang tuanya. Mereka disiksa pada waktu Dhuhur yaitu di saat terik-teriknya matahari memanggang padang pasir. Ketika Nabi lewat beliau menghibur mereka: “Bersabarlah hai keluarga Yasir, yang dijanjikan untuk kalian adalah surga”. Sahabat Habab bin Arats juga di siksa lebih kejam, lagi. la ditusuk-tusuk dengan besi panas pada punggungnya agar mening-galkan Islam, namun ia tetap tabah dan memilih Islam sebagai agamanya.

HIJRAH KE ETHIOPIA

Keganasan kaum kafir makin merajalela. Pengikut Rasulullah dan’ kalangan lemah makin banyak jumlahnya. Melihat penderitaanmereka Rasulullah tak sampal hati, maka Rasul kemudian menyuruh mereka hijrah ke Ethiopia.

Raja Habasah di Ethiopia temyata mau menenma kedatangan mereka dengan senang hati. Mereka mendapat perlindungan yang baik. Rombongan pertama terdiri 10 laki-laki dan 4 orang wanita. Rombongan kedua 100 orang, di antaranya terdapat Usman bin Affan, Zubair bin Awwam dan lain-lain.

Rasulullah tetap berada di Mekkah. Pada waktu itu masuklah pembesar Qurais kedalam Agama Islam yaitu Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthallib. Dengan masuknya dua orang jenderal perkasa itu pihak Quraisy makin kuatir kedudukannya akan merosot. Sedang pengikut Rasul semakin bertambah banyak.

EMBARGO TERHADAP BANI HASYIM DAN BANI MUTHALIB

Dengan berbagai cara kaum kafir tidak berdaya mematahkan gerakan Islam, maka cara terakhir yang menurut mereka cukup ampuh adalah mengadakan pemboikotan atau embargo terhadap keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib, sebab dua keluarga besar itulah yang senantiasa membela dan melindungi Nabi Muhammad.

Pemboikotan itu ialah dengan jalan memutuskan segala perhubungan, baik hubungan perkawinan, hubungan dagang atau jual beli dan ziarah menziarah.

Dengan adanya embargo tersebut terpaksa Nabi Muhammad dan para pengikutnya menyingkir keluar kota Mekkah. Dua tahun lamanya mereka hidup dalam kekurangan dan kemiskinan. Sebenarnya banyak juga kaum Quraisy yang merasa sedih atas nasib yang menimpa Muhammad dan keluarganya. Diam-diam mereka mengirim bahan makanan dan pakaian pada malam hari. Akhirnya bangkitlah beberapa muka Quraisy untuk menghentikan pemboikotan itu. Mereka merobek-robek isi perjanjlan yang ditempelkan di Ka’bah.

Dengan demikian pulihlah keadaan seperti semula. Rasul dan keluarganya kembali ke kota Mekkah. Akan tetapi nasib para. Pengikut Rasul tidak bertambah baik, kaum kafir makin giat menindas dan menyiksa mereka.

TAHUN DUKA CITA

Hampir sepuluh tahun Islam tumbuh di Mekkah. Baru saja kaum Muslimin terlepas dari pemboikotan.Kini datang lagi cobaan berat dengan meninggalnya Khadijah dan disusul kemudian oleh Abu Thalib. Padahal kedua orang itu adalah tulang punggung pembela Islam.

Khadijah adalah istri setia yang selalu mendampingi Rasul dalam menyebarkan agama Islam. la salah seorang bangsawan Quraisy yang disegani oleh kaumnya.

Demikian juga Abu Thalib, wibawanya dikalangan Quraisy sangat besar. Kini setelah dua orang itu meninggal dunia pihak kafir Quraisy seperti mendapat angin segar. Mereka tak segan-segan lagi mengadakan gangguan terhadap Rasul dan para pengikutnya.

Karena kehilangan dua orang yang sangat dikasihi itu, maka tahunnya dinamakan Tahun Duka Cita.

DAKWAH DI THALIF

Karena masyarakat Mekkah tidak banyak yang mau menerima ajarannya. maka beliau pergi ke Thaif untuk berdakwa kepada orang­-orang bani Tsaqif. Beliau menuju tempat para pembesar yang berkuasa di Thaif. Beliau bicara tentang Islam dan mengajak mereka supaya beriman kepada Allah.

Tetapi ajakannya ditolak mentah-mentah dan dijawab dengan kasar sekali. Mereka malah mengusir beliau sambil menghujaninya dengan batu sehigga Zaid bin Haritsah yang ikut dalam misi itu terluka ketika bermaksud melindungi beliau. Beliau sendiri juga mengalami luka-luka akibat hujan batu itu.

ISRA’ DAN MI’RAJ

Setelah gagal mengajak kaum Thaif untuk beriman kepada Allah, maka beliau kembali ke Mekkah. namun cobaan semakin berat. Ancaman dari sana-sini selalu mengintai.

Pada saat demikian terjadilah peristiwa besar di malam hari yang, terkenal dengan sebutan Isra’ dan Mi’raj. Yaitu perjalanan Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian dilanjutkan ke Sidraftul Muntaha menembus langit yang tujuh.

Dalam perjalanan itu Rasui melihat berbagai peristiwa yang, dapat dijadikan i’tibar atau cermin teladan bagi umatnya.

Perjalanan itu sendiri adalah untuk memenuhi panggilan Allah. Yaitu untuk menerima kewajiban melaksanakan shalat lima waktu.

Peristiwa ini hanya terjadi pada waktu satu malam, yaitu pada malam 27 Rajab tahun 11 sesudah beliau diangkat menjadi Rasul.

Hikmah yang terkandung dalam Isra’ Mi’raj adalah untuk me­nambah kekuatan iman dan keyakinan beliau sebagai utusan Allah, yang diutus ke tengah-tengah umat manusia untuk membawa risa­lah-Nya. Dengan demikian akan bertambahlah kekuatan batin sewaktu menerina cobaan dan musibah serta siksaan dari kaum kafir.

Bagi umat Islam sendiri ini merupakan ujian keimanan mereka. Mereka bisa bertambah yakin akan kebenaran Rasul, atau malah bertambah kafir dan tidak mempercayai Rasul lagi.


ORANG YATSRIB MASUK ISLAM

Pada musim Haji datanglah Kabilah dari kalangan berbagai penjuru Menuju kota Mekkah. Di antara mereka yang datang ada jamaah orang Khazraj dan Yatsrib. Sebagainiana biasa musim haji Rasalullah melaksanakan ibadah haji.

Orang Khazraj sudah sering mendengar Kitab Taurat dari bangsa Yahudi yang menyebutkan bakal adanya Nabi akhir zaman bernama Ahmad atau Muhammad. Karena itu ketika Rasulullah menyaran­kan dakwahnya mereka langsung menerima dan mengimani.

Setelah mereka pulang ke Madinah mereka menyampaikan hal itu kepada saudara-saudaranya dan kerabatnya. Bahwa Nabi yang dijanjikan itu sekarang sudah datang ke negeri Mekkah.

Demikianlah setiap musim haji datang makin banyak pula orang-orang Yatsrib yang masuk Islam dan bersumpah setia akan membela ,Rasul dan agamanya. Dengan demikian sudah banyak sekali orang-orang Yatsrib yang memeluk agama Islam.

HIJRAH KE YATSRIB (MADINAH)

Mekkah sudah tidak aman lagi bagi Rasulullah dan pengikutnya, sementara orang-orang Yatsrib setiap hari semakin banyak yang masuk islam dan merindukan beliau hadir di tengah-tengah mereka.

Maka Rasulullah memerintahkan para pengikutnya untuk hijrah ke Yatsrib. Berangkatlah para pengikut Nabi, secara diam-diam ke (atsrib, mereka ikhlas meninggalkan harta benda dan rumah-rumah mereka demi memenuhi perintah Rasul. Sedang Rasulullah dan Abu Bakar akan menyusul di belakang hari.

Kabar tentang hijrah itu segera tercium oleh kaum kafir Qurais mereka sepakat untuk membunuh Rasulullah. Namun rencana mereka gagal. Allah melindungi Rasul-Nya. Setelah melalui berbagai rintangan sampailah Rasulullah di desa Quba yaitu sebuah tempat jaraknya 10 Kilometer dari Yatsrib.

Di Quba beliau mendirikan masjid, maka hingga sekarang masjid tersebut dinamakan Masjid Quba. Inilah masjid yang pertama kali di bangun umat Islam.

Setelah empat hari beristirahat di Quba beliau meneruskan perjalanannya ke Yatsrib. Di sana beliau disambut dengan hangat oleh para pengikutnya yang telah lama merindukan kedatangannya.

KEMENANGAN UMAT ISLAM

Ternyata dari Yatsrib Inilah Rasulullah dapat menyusun kekuatan dan membina masyarakat Islam dengan sempunna. Yastrib kemudian diubah namanya menjadi Madinatun Nabawi atau kemudian disebut Madinah.

Di Madinah ini beliau membentuk angkatan perang dan mem­bina strategi perang. Sejarah kemudian mencatat bahwa Muhamad strategi perang. hanya seorang Nabi dan Rasul tapi juga seorang Kepala Negara. ahli tata masyarakat, Panglima Perang yang tangguh dan seorang ayah yang pastas diteladani oleh putra-putrinya.

Sesudah terjadi Perang Badar, perang Uhud dan peperanglainnya. akhirya Mekkah pun jatuh dalam kekuasaan beliau. Dengan jatuhnya Mekkah, maka hampir dekatlah tugas kerasulan beliau.

Sesudah melaksanakan haji wada’, pada tanggal 12 Maulud hari Senin tahun 11 Hijriyah beliau wafat meninggalkan umatnya. Dalam penanggalan Masehi bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632 dalam usia 63 tahun.

Beliau dimakamkan di Madinah. Hingga sekarang makamnya selalu ramai diziarahi umat Islam dari seluruh dunia ketika mereka melaksanakan ibadah haji.

Beliua tidak meninggalkan warisan harta benda. Beliau hanya meninggalkan dua perkara yaitu Al-Qur’an dan As-SUnnah. Siapa pun umatnya jika tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. maka la tidak akin tersesat selama-lamanya.

PENAKLUKKAN KOTA MAKKAH

Setelah Islam menjadi besar di kota Madinah, Rasulullah s.a.w. bersama sahabat-sahabat dan seluruh pengikutnya kembali ke kota Makkah, dan merebut kembali kota itu dari tangan kaum kafir Quraisy. Kedatangan kaum Muslimin di Makkah itu berte0at­an dengan tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijriah. Ketika itu, turunlah firman Allah SWT kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an:

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbon­dong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima Tobat. (S. An-Nashr: 1-3)

Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. bersama para pengikutnya menghancurkan berhala-berhala yang ada di seputar Ka'bah, se­bagaimana firman Allah:

Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (S. Al-Isra’: 81)

Dua tahun setelah penaklukkan Makkah, Nabi Muhammad s.a.w. beserta kaum Muslimin melaksanakan ibadah haji, yang disebut Haji Wada’ (Haji Perpisahan), karena setelah itu beliau meninggalkan umatnya untuk selama-lamanya. Di dalam kesem­patan terakhir itu, Rasulullah s.a.w. mengucapkan pidato yang amat bernilai di hadapan seluruh kaum Muslimin di Padang Arafah. Pada saat itu, turunlah wahyu Allah yang terakhir, yang berbunyi:

Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kurelakan Islam menjadi agamamu. (S. Al- Ma’idah: 3)

NABI MUHAMMAD WAFAT

Dengan penuh rasa syukur, Nabi Muhammad s.a.w. meng­akhiri tugasnya sebagai seorang Rasul, dengan mengislamkan se­luruh penducluk Makkah, Madinah, clan daerah-daerah lain di seputar Jazirah Arabia. Setelah menderita sakit selama beberapa hari, pads tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun ke-11 Hijriyah, beliau berpulang ke rahmatullah dalam usia 63 tahun. Nabi Muhammad s.a.w. dimakamkan di kota Madinah. Sebelumnya, beliau sempat berpesan kepada keluarganya, para sahabatnya, clan seluruh kaum Muslimin dengan sabdanya yang termasyhur:

Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh kepadanya, niscaya tidak akan tersesat untuk selama-lamanya, yakni: Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul-Nya.

Subhanallah . . .